Jumat, 13 April 2012

Belajar dari Kebiasaan Orang-orang Sukses

KEBIASAAN ORANG-ORANG TERSUKSES
Hal yang dilakukan setiap hari akan menjadi kebiasaan. Dengan kebiasaan positif, banyak hal positif yang akan membuat kita makin mudah meraih kesuksesan. Apa saja?

Sebuah ungkapan dari filsuf Aristoteles menyebutkan, "Kita akan menjadi apa yang selalu berulang kali kita lakukan. Kesempurnaan, dengan begitu, bukan sebuah tindakan, tapi adalah kebiasaan." Ungkapan ini secara gamblang menjelaskan, bahwa sebenarnya orang-orang sukses, orang- orang yang berhasil, orang-orang yang kaya, orang-orang yang berprestasi, bukan membangun apa yang dicapainya dalam sehari. Mereka menjadikan segala aspek kehidupannya menjadi kebiasaan yang mendorong mereka pada tercapainya berbagai tujuan. Semua dilakukan konsisten, sehingga akhirnya menjadi kebiasaan sukses.

Inilah barangkali mengapa orang-orang yang kaya semakin kaya, sedangkan orang miskin—jika tak mau mengubah kebiasaan—akan semakin miskin. Lantas, apa sebenarnya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
orang-orang sukses dan kaya sehingga mereka bisa meraih hasil yang gemilang dalam hidupnya? Inilah beberapa kebiasaan yang dirangkum dari beberapa profil dan literatur seputar kehidupan orang-orang terkaya dan tersukses di dunia.


1. Tahu dan selalu belajar memahami perbedaan mendasar antara aset dan liabilitas
Saat ini sebenarnya kita beruntung sudah banyak buku dan literatur serta seminar yang membahas tentang perbedaan mendasar seputar aset dan liabilitas. Hal paling mendasar adalah di mana aset adalah segala sesuatu barang, benda, atau simpanan yang bisa dimaksimalkan untuk menghasilkan keuntungan. Namun kadang, batasannya sering kali samar. Untuk itu, kita perlu lebih bijak memaknai agar apa yang ada di sekitar kita bisa menjadi aset.

Misalnya kita punya rumah. Jika kita menempatinya untuk tinggal dan tiap bulan harus keluar uang untuk membayar listrik, perawatan, dan berbagai hal lainnya, maka rumah tak bisa dihitung sebagai aset. Tapi, jika kemudian kita punya beberapa kamar yang disewakan dan uang sewanya bisa dikumpulkan untuk membayar kebutuhan bulanan rumah tersebut, maka kamar- kamar itu sudah menjadi aset. Atau, bisa juga sebuah rumah yang sangat nyaman untuk bekerja—terutama pekerja kreatif—membuat banyak karya dihasilkan. Rumah tersebut membuat ide bermunculan karena kenyamanannya, maka rumah itu bisa "dianggap" sebagai aset yang mendorong peningkatan pendapatan.

2. Bekerja keras dan pintar mengelola keuangan
Banyak orang yang bekerja keras demi meningkatkan taraf hidup. Sayangnya, karena merasa sudah bekerja keras, kemudian memberikan"hadiah"pada diri sendiri untuk menghabiskan uang yang didapat dengan bersenang- senang. Ujungnya, saat pendapatan besar, pengeluaran pun makin besar.Sebenarnya, tak salah kita bersenang-senang setelah bekerja keras. Namun ada baiknya, menunda kesenangan dengan menjadikan uang yang didapat lebih dimanfaatkan untuk hal yang lebih positif.
Misalnya diinvestasikan terlebih dahulu. Dengan cara itu, saat bersenang-senang, kelakakan lebih tenang, karena uang yang terkumpul setelah bekerja keras, sudah bisa "bekerja untuk kita"dengan menghasilkan investasi yang memberi hasil tambahan.

3. Hidup dengan standar yang lebih kecil dari pendapatan
Legenda saham dunia, Warren Buffett terkenal dengan pola hidup sederhananya, bahkan meski ia sudah jadi orang terkaya dunia. la tetap tinggal di rumahnya yang lama, meski ia sebenarnya mampu membeli yang jauh lebih mewah. Bahkan, meski punya perusahaan jet mewah, ia lebih senang naik pesawat komersial yang biasa-biasa saja. Atau, lihatlah Mark Zuckerberg yang masih suka bersepeda ke kantornya.
Mereka adalah orang-orang yang tahu bagaimana menggunakan uangnya, sehingga hidupnya tidak terbelenggu oleh kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya kurang perlu. Ini penting sehingga saat pendapatan meningkat, pengeluaran tidak ikut meningkat.Tapi, lebih bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi yang lebih menguntungkan ke depan.

4. Sadar dan sabar terhadap proses
Tak ada jurus sukses yang sifatnya instan. Karena itu, meski terlihat meledak- ledak dalam mengejar ambisi, sebenarnya orang-orang sukses sangat! sadar dan sabar terhadap proses yang dijalaninya. Pada titik inilah, orang-orang tersebut biasanya punya
daya juang yang tinggi dan ketekunan yang mendalam terhadap apa yang sedang mereka tuju. Thomas Alva Edison, pendiri GE Electric sekaligus penemu lampu pijar menyebut bahwa 99 persen hasil diperoleh dari kerja keras.

5. Punya keinginan belajar kuat dan menjauhi zona nyaman
Semangat belajar orang-orang sukses selalu tinggi. Mereka tidak pernah merasa puas dan nyaman dengan apa yang dicapainya saat ini. Kalau belum sukses, mereka akan terus berupaya belajar memperbaiki hal apa yang salah. Seterusnya, jika sudah sukses, mereka takongkang-ongkang kaki dengan kenyamanan yang diperoleh. Justru, saat itulah mereka berusaha menjauhi zona nyaman dengan terus mencoba hal-hal baru.
Inilah yang bisa dengan mudah kita lihat para konglomerat dunia—yang sukses pada satu bidang—kemudian segera merambah bidang lain, meski tingkat kesuksesannya belum teruji. Mereka tidak takut gagal karena justru di sanalah mereka belajar untuk meraih sukses yang lebih hebat lagi.

6. Menjadikan alat-alat sebagai sarana, dan bukan untuk memenuhi gaya hidup
Banyak pengusaha dunia yang ternyata punya gadget teknologi informasi yang biasa-biasa saja. Atau, mereka punya barang mewah, tapi benar- benar dimaksimalkan fungsinya.
Sehingga, apa yang dimiliki bukan untuk memenuhi gaya hidup melainkan harus benar-benardigunakan sesuai kebutuhannya.

7. Selalu memahami pentingnya waktu
Orang-orang sukses biasanya memahami betul apa yang akan dilakukan dan dimaksimalkan dalam sehari. Mereka punya jadwal terukur, terhitung, dan detail untuk menjadikan sepanjang hari selalu maksimal.
Dalam Majalah LuarBiasa edisi Februari dan Maret 2012 lalu, kita menampilkan tokoh Sandiaga Uno dan Dahlan Iskan. Kedua tokoh yang sangat sukses di bidangnya ini punya jadwal yang rutin dan konsisten, mulai dari pagi berolahraga hingga menjelang tidurnya.

8. Punya jiwa sosial tinggi
Banyak pengusaha sukses yang memiliki keyakinan bahwa dengan berbagi mereka mendapat banyak hal yang lebih lagi. Itulah mengapa pengusaha sekelas Bill Gates atau rata-rata konglomerat di Indonesia punya yayasan sosial. Selain menaikkan citra positif, hal tersebut rupanya juga mendorong banyak kebaikan sehingga usaha yang dijalankan pun makin maju dan sukses.

Banyak hal baikyang bisa kitajadikan kebiasaan positif. Dengan terus memupuk dan menjadikan kebiasaan itu sebagai tindakan sehari-hari, niscaya akan banyak hal positif yang akan datang membantu kita meraih sukses seperti yang kita damba. Jadi, kebiasaan positif apa yang sudah Anda tanamkan hari ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar